Analisi Film "Game Change: Realitas Fakta"
Game Change: Realitas Fakta
A.
Peran Political PR
Spin Doctoring atau mengaduk-ngaduk pikiran rakyat
adalah salah satu seni dari pekerjaan politik Public Relations (PR). Yaitu
mengatur strategi dan taktik untuk memberikan citra positif politisi yang didukung,
dan memberikan citra negatif terhadap lawan. Hal ini terlihat saat Jhon McCain
menghubungi Steve Schmidt, seorang ahli dalam menyusun stategi kampanye
politik. Disini Jhon McCain sebagai politisi melakukan kerja sama dengan PR
untuk menyusun strategi memenangkan
pilpres.
Untuk itu, PR perlu memberikan serangkaian nasihat
baik dalam hal pemilihan topik, juga hal-hal lain yang memungkinkan calon
presiden memperoleh kemenangan. Dalam hal ini Jhon McCain mengusung slogan : “Pro-life,
yaitu “Jhon McCain mengutamakan kepentingan negara”. Partai Republik memang
cenderung bersifat konservatif (keras) terhadap isu-isu yang dibawakannya.
Slogan yang di usung Jhon McCain tidak akan berdaya
guna jika tidak ada peran PR didalamnya. Sebeb PR berfungsi untuk mencoba
beberapa strategi dengan kemungkinan-kemungkinan menang, dan Jhon McCain hanya
tinggal menjalankannya saja. Namun ditengah perjalanan misi mereeka memenangkan
pilpres tersandung aura selebriti pada diri Obama, sebagai rivalnya. Oleh
karena itu. PR dari Jhon McCain ditugakan dalam mencari calon wakil presiden,
yang juga memiliki aura selebriti hingga dapat melawan Obama.
Ada banyak hal yang dilakukan PR untuk memenangkan
calon yang diusungnya. Salah satunya terjadi pada adegan saat Fred Davis,
seorang Chief Media Strategist menyarankan untuk mengangkat isu tentang Pendeta
Wright yang pernah mengatakan “Amerika Sialan”. Namun saran tersebut ditolak
oleh John McCain dengan alasan ia ingin memberikan kampanye yang bisa
dibanggakan anak-anaknya. Dalam adegan ini Jhon McCain disosokkan sebagai
politisi yang fairplay.
Setelah itu, Steve menyarankan untuk membuat sebuah
iklan yang berisi tentang pertanyaan sederhana bagi masyarakat Amerika, yaitu
“Apakah kalian ingin presiden berikutnya seorang negarawan, atau seorang
selebriti?”. Adegan ini jelas-jelas merupakan relasi spin tim dengan media,
yang memungkinkan media yang punya kapasitas untuk mempengaruhi. “agenda
politik” yang dicanangkan oleh PR Jhon McCain, juga sekaligus mengintimidasi
lawan politiknya.
Seperti kalimat dalam sebuah adegan yang berbunyi :
“Dia adalah seorang selebirti terbesar di dunia. Barack Obama. Tapi,
apakah dia siap untuk memimpin? Dengan harga minyak yang terus melonjak,
Barack Obama tidak menyetujui pengeboran minyak lepas pantai dan mengatakan
ia akan menaikkan pajak pada listrik. Pajak yang lebih tinggi, lebih banyak
minyak asing. Itu adalah Barack Obama yang sebenarnya”. Kata-kata yang
digarisbawahi di atas sangat sarat dengan agenda politik yang disampaikan oleh
media.
Dalam pemamaran diatas dapat di simpulkan bahwa power
sharing harus berjalin/kelindan antara PR dan politisi. Untuk dapat mengetahui
sejauh mana skill yang dimiliki politisi spin yang dimiliki spin
doctor. Jika hubungan keduanya dapat terjalin dengan baik. maka mereka dapat
mendominasi kemenangan pada pilpres 2008.
Aktivitas
pembentukan dan pengendalian amanah dan publik yang dilakukan PR, diantaranya : 1. Riset opini pubik
2. Media meditoring
3. Menganalisis perilaku lawan
politik, dan
4. Menjadi kolsultan
Akhirnya, dalam sebuah pertemuan, John McCain
meminta staffnya untuk mencarikan pasangan baru yang notabene adalah seorang
perempuan. Hal ini dilakukan untuk menaikkan dukungan terhadap kaum perempuan.
Dibagian ini Jhon McCain melalui PR nya ingin membuat citra bahwa mereka peduli
terhadap isu gender. Hal ini dapat membangun citra Jhon McCain bila berhasil
menggandeng perempuan sebagai wakilnya.
Sarah Palin dipillih karena dirasa memiliki aura
seorang bintang untuk menandingi Barrack Obama. Untuk mempersiapkan Sarah,
Steve mendatangkan Matthew Scully yang akan menulis pidato untuk Sarah, dan
juga Nicole Wallace yang akan menjadi konsultan komunikasi Sarah. Untuk mendukung
penampilan dan pengetahuan Sarah, Nicole menyarankan untuk mendatangkan guru
vocal, staff ahli kebijakan luar negeri, konsultan rambut dan make up, dan juga
hair stylist. Nicole pun mendatang Tucker Eskew, seorang konsultan media
senior, Chris Edwards, seorang deputi kepala staff, dan juga Mark Wallace,
mantan duta PBB yang juga suami dari Nicole.
Dalam peningkatan karir politiknya, media dan pers
pun mulai menyerang Palin dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak senonoh
melalui Steve. Banyak sekali berita yang beredar tentang Palin, termasuk
anaknya, Bristol yang masih remaja ternyata sedang hamil 5 bulan. Kelemahan
Palin pun terkuak setelah Steve dan para staff melakukan rapat. Dari sinilah
akhirnya masalah mulai bermunculan yang dapat mengganggu Palin untuk menjadi
wakil presiden. Palin marah ketika dalam media massa ditulis ia bangga karena
akan memiliki cucu dari Bristol. Padahal sebelumnya Palin sudah meminta Maria
untuk mengubah pernyataan tersebut. Palin pun meminta staffnya untuk memecat
Maria karena telah melakukan kesalahan yang menurutnya fatal.
Tiba saat rapat partai, Palin berpidato dengan
sangat luar biasa pada saat itu dengan menyampaikan pesan kepada para
penyandang cacat bahwa ia akan berjanji memberikan perlindungan dan tempat bagi
mereka di Gedung Putih. Pidato ini sekaligus sebagai kebangkitannya atas semua
berita miring tentangnya di berbagai media. Para pendukung Senator McCain pun
mulai mengagung-agungkan nama Sarah Palin layaknya selebritis yang sedang naik
daun. Namun disaat yang lain, Sarah Palin marah besar pada Nicolle karena ia
merasa dia tidak dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi wawancara tersebut.
Padahal, masalah pribadi kembali mengusik tugasnya sebagai cawapres untuk
mengkampanyekan diri.
Jhon McCain melalui Steve Schmidt mengizinkan Sarah Palin
pulang ke rumah untuk rehat sejenak dengan keluarga, untuk me-refresh pikirannya yang jenuh dengan
kampanye tersebut. Hal ini menenujukkan bahwa politisi pada waktu-waktu
tertentu tidak bisa lagi menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi seperti
diinginkan oleh Political PR. Dan hal
tersebut sangat mengekang kebebasan bersikap siapapun.
Ia akhirnya bangkit dan siap untuk melakukan debat
dengan pasangan Obama, yaitu Senator Biden. Sarah Palin pun berhasil menang
dalam debat tersebut, media pun mengelu-elukan namanya kembali karena berhasil
mengalahkan Biden. Namun, Sarah Palin menjadi tak terkendali lagi. Karena sudah
merasa ‘diatas angin’ dengan menjadi
dirinya sendiri dalam berkampanye, sekaligus jenuh dengan perlakuan staff-staffnya yang selalu
mengatur segala tindak tanduknya, sampai kepada masalah pribadi yang paling
tidak disukainya (menyangkut sang putri yang hamil muda).
Karena dalam polling McCain kalah 5-8 angka, para
penasihat menyarankan untuk menyerang Obama, McCain tidak suka itu tapi ia
harus melakukannya demi kampanye. Ia mulai tidak nyaman dengan terus menyerang
Obama dan akhirnya sadar kalau cara tersebut salah dan tidak sesuai dengan hati
nuraninya. Adegan ini membuktika sekali lagi Jhon McCain amat sangat fairplay, dan menghina lawan politik,
hanya akan menjadi ‘senjata makan tuan’
Dalam hal ini yang terpenting, bahwa menjadi public
speaking harus mempunyai mental dan stamina yang kuat, mental sangat
menentukan terhadap pesan yang disampaikan. Hal ini lebih di teknis
penyampaian, agar khalayak yakin, kita harus meyakinkan pesan-pesan kita.
B. Menjual Kebijakan
dan Kepercayaan Politisi
Perspektif adalah sudut pandang atau cara pandang terhadap
fakta realitas sosial, dalam politik hal ini dikenal dengan Worldview (bagaimana
dunia memandang kita). sudut pandang yang ingin diciptakan oleh Political PR
pada kasus tersebu ialah :
a.
Menciptakan
slogan pemerintahan Jhon McCain: “Pro-life, yaitu “Jhon McCain mengutamakan
kepentingan negara”.
b.
Menciptakan
citra kepemimpinan Sarah Palin sebagai cawapres: Sarah Palin memiliki aura
seorang bintang untuk menandingi Barrack Obama. Dengan cara menyewa berbagai
macam kolsultan dengan spesialisasi bidang yang dapat menutupi kekurangan Sarah
Palin.
c.
Memberikan
penjelasan terhadap dunia bahwa Partai Republik peduli pada gender dan
penderita autis. Hal tersebut terlihat pada saat Sarah Palin dipercaya
bersanding dengan Jhon McCain pada pilpres USA 2008.
d.
Menyiapkan
mekanisme untuk menyetir masyarakat lewat media massa. Steve menyarankan untuk
membuat sebuah iklan yang berisi tentang pertanyaan sederhana bagi masyarakat
Amerika, yaitu “Apakah kalian ingin presiden berikutnya seorang negarawan, atau
seorang selebriti?”. Dan, bekerja sama dengan beberapa media dalam hal mewawancarai
Sarah Palin. Namun, Sarah Palin menjadi tak terkendali lagi. Karena sudah
merasa ‘diatas angin’ dengan menjadi
dirinya sendiri dalam berkampanye, sekaligus jenuh dengan perlakuan staff-staffnya yang selalu
mengatur segala tindak tanduknya, sampai kepada masalah pribadi yang paling
tidak disukainya (menyangkut sang putri yang hamil di luar nikah).
Hal yang telah disebutkan diatas juga merupakan
penyusunan konsep tandingan yang telah dibentuk PR, untuk mengendalikan pamor
Obama sebagai lawan. Sekaligus mendongkrak suara Jhon McCain dan Sarah Palin
sebagai wakilnya. Namun, dalam praktiknya Jhon McCain hampir melakukan
kesalahan besar untuk menghina Obama. Sebagai salah satu saran dari PR. Namun,
Jhon McCain menunjukkan kelasnya politisi harus tetap menjunjung tinggi fairplay sekalipun kalah. Terakhir,
Sarah Palin mengajarkan bahwa politisi hanyalah manusia biasa yang tidak bisa
dikekang oleh siapa saja, termasuk Political PR-nya. sebab politisi yang
hebat adalah politisi yang bisa menjadi diri sendiri dengan tetap mendengarkan
nasihat kolsultannya. []
Hallo bang kimit boleh kenalan :P
BalasHapushahaha >"<
Bg kimit gak kenal ya salwa... duuh padahal di kenal se fisip dia.a haha
BalasHapus